Alternatif Kebijakan Peningkatan Produksi Kakao di Nusa Tenggara Barat

Oleh: Baiq Titis Yulianty

Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan sub sektor perkebunan dari 20 komoditas yang dicanangkan untuk dikembangkan secara besar-besaran di Indonesia. Komoditas kakao mulai dikembangkan di NTB sejak tahun 1980-an melalui proyek P4D, kemudian selanjutnya melalui anggaran APBD. Kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan komoditas hingga saat ini adalah dengan membentuk kelompok tani. Upaya lain yang perlu dilakukan adalah adanya kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan langsung dengan produksi dan yang lebih penting diperlukan kebijakan yang mendukung pengembangan agribisnis kakao. Tujuan dari penelitian ini yaitu Menemukan model ekonomi keterkaitan variable pasar nasional dengan pasar Nusa Tenggara Barat, Mengetahui  dampak perubahan permintaan kakao Nusa Tenggara Barat terhadap  produksi dan Menemukan alternatif kebijakan yang bisa diterapkan dalam upaya untuk meningkatkan produksi kakao di Nusa Tenggara Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, komparatif dan analitik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk menjawab permasalahan dan hipotesa digunakan model ekonometrika dengan membangun persamaan simultan, yang terdiri dari 10 persamaan struktural dan 2 persamaan identitas. Hasil penelitian menunjukkan Terdapat keterkaitan antara pasar kakao Nusa Tenggara Barat dengan pasar kakao Indonesia dalam hal harga, Peningkatan permintaan kakao Nusa Tenggara Barat berpengaruh positif pada peningkatan produksi kakao di Nusa Tenggara Barat. Sehingga Altenatif  kebijakan yang direkomendasikan untuk meningkatkan produksi kakao di Nusa Tenggara Barat adalah dengan mengkombinasikan peningkatan harga pupuk sebesar 10%, peningkatan permintaan kakao sebesar 1,5% serta peningkatan dan perbaikan kapasitas irigasi sebesar 8% pertahun.