Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dan menjadi salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Kenaikan temperatur dan intensitas hujan akan meningkatkan risiko banjir maupun kekeringan pada musim kemarau, serta bertambahnya frekuensi peristiwa iklim ekstrem yang berdampak pada kesehatan dan mata pencaharian masyarakat serta stabilitas ekonomi dan gangguan biodiversitas.
Secara astronomis, Nusa Tenggara Barat yang menjadi bagian dari Indonesia terletak antara 8⁰10’-9⁰5’ Lintang Selatan dan antara 115⁰46’-119⁰05’ Bujur Timur. Sedangkan berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi NTB memiliki batas-batas: Utara-Laut Jawa dan Laut Flores; Selatan-Samudera Hindia; Barat-Selat Lombok dan Provinsi Bali; Timur-Selat Sape dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dari letak posisinya ini, menyebabkan Provinsi NTB memiliki kerentanan terhadap dampak perubahan iklim. Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa, dalam periode tahun 2018-2022 telah terjadi 291 kejadian bencana di seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Dimana hampir sebagian besar (49,8%) bencana yang terjadi merupakan bencana hidrometeorologi yang merupakan dampak dari perubahan iklim. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB juga menyebutkan bahwa pada periode 1 Januari-28 Februari 2023 telah terjadi 46 bencana.
Perubahan iklim memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh aktivitas alam dan aktivitas manusia. Letusan gunung berapi, peristiwa El Nino dan El Nina, pergeseran lempeng kontinen, dan noda matahari merupakan beberapa contoh dari aktivitas alam yang memiliki pengaruh terhadap perubahan iklim. Sedangkan meningkatnya urbanisasi, deforestasi, reklamasi pantai, pengolahan limbah yang tidak tepat, dan lain sebagainya merupakan kontribusi dari aktivitas manusia terhadap perubahan iklim.
Perkuat Pendidikan Perubahan Iklim
Dalam laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Program Lingkungan (UNEP) menyebutkan bahwa, dalam lima tahun ke depan diprediksikan ada sekitar 2,5 juta pernikahan anak dan lebih dari satu juta kehamilan pada usia remaja dalam 12 bulan setelahnya yang diakibatkan oleh dampak negatif perubahan iklim. Dalam laporan tersebut juga menyebutkan setidaknya 200 juta remaja perempuan yang hidup dan mengalami dampak paling berat dari dampak perubahan iklim.
Pada umumnya dampak perubahan iklim dirasakan secara tidak proporsional, terutama di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) dimana, anak perempuan akan mengalami dampak ganda atau dua kali lipat karena adanya ekspektasi sosial terkait dengan peran mereka. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan terdapat 709.035 jiwa penduduk perempuan di NTB yang termasuk dalam Generasi Z pada tahun 2020 dimana, mereka ini memiliki kerentanan tinggi menghadapi risiko tinggi akibat dampak perubahan iklim.
Adanya potensi kerentanan serta menghadapi tantangan yang sangat kompleks tersebut maka, semua itu menuntut suatu rangkaian solusi yang lengkap dan siapa saja yang harus terlibat didalamnya. Namun dari sekian banyak intervensi yang telah dilakukan oleh pemerintah, terdapat satu intervensi yang kuat dan selama ini sering diabaikan, yaitu pemberian pendidikan perubahan iklim pada anak perempuan.
Pendidikan perubahan iklim kepada anak perempuan akan memberikan keterampilan dan pengetahuan dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan perubahan sumber daya alam di sekitar mereka. Hal ini penting untuk menjadi perhatian kita karena beberapa dampak negatif perubahan iklim dapat mempengaruhi sumber penghidupan dan memperparah kemiskinan, dan anak perempuan biasanya akan mengalami kerentanan mengalami pernikahan anak, perdagangan manusia, dan kekerasan dalam rumah tangga.
Terdapat beberapa upaya yang perlu untuk dilakukan dalam upaya memperkuat pendidikan perubahan iklim khususnya bagi anak perempuan, diantaranya adalah 1) Menyediakan materi pelajaran dalam bentuk muatan lokal tentang informasi perubahan iklim dan dampaknya bagi lingkungan, manusia, dan kehidupan. Hal ini dapat juga dilakukan melalui upaya mengintegrasikannya dengan kurikulum yang ada, sehingga siswa dapat memahami bagaimana isu perubahan iklim dengan pelajaran yang mereka pelajari; 3) Mendorong partisipasi siswa dalam program lingkungan yang praktis, seperti penghijauan atau kampanye penghematan energi; 4) Pemerintah pusat atau pun pemerintah daerah menyediakan program pelatihan bagi guru atau pendidik agar mereka dapat memberikan pelajaran mengenai perubahan iklim dengan efektif dan menarik; dan 5) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang perubahan iklim melalui program-program penyuluhan dan kampanye media sosial.
Dengan melakukan upaya-upaya ini, kita dapat membantu siswa memahami isu perubahan iklim dengan lebih baik dan memberikan kontribusi yang lebih besar dalam memerangi perubahan iklim di masa depan.
Mengapa Pendidikan Perubahan Iklim Untuk Anak Perempuan Penting ?
Memberikan pendidikan perubahan iklim kepada anak perempuan sangat penting karena mereka memiliki peran yang sangat penting didalam menjaga lingkungan hidup dan masyarakat. Upaya adaptasi dan mitigasi krisis iklim melalui pendidikan perubahan iklim kepada anak perempuan karena akan berdampak terhadap sikap dan perilaku. Hal ini akan membantu anak perempuan dalam memahami pentingnya lingkungan dan bagaimana cara mereka mempelajari pengurangan limbah, meminimalkan penggunaan bahan-bahan berbahaya, dan bagaimana cara mempromosikan praktik-praktik ramah lingkungan.
Selain dapat meningkatkan pengetahuan, pendidikan anak perempuan terkait dengan perubahan iklim juga akan meningkatkan kapasitas dan keterampilan dalam menjaga lingkungan dan mengidentifikasikan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Kemudian pendidikan perubahan iklim pada anak perempuan penting untuk diberikan karena bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan.
Memperkuat ketahanan pangan adalah upaya untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki akses yang memadai dan berkelanjutan terhadap sumber daya pangan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka. Hal ini berkaitan erat dengan perubahan iklim karena perubahan iklim dapat mempengaruhi produksi pangan, memperburuk ketersediaan air dan tanah, serta meningkatkan kerentanan terhadap bencana alam seperti kekeringan dan banjir.
Dalam hal ini, pendidikan perubahan iklim untuk anak perempuan sangat penting untuk memperkuat ketahanan pangan. Anak perempuan sering kali memiliki peran penting dalam produksi, pengolahan, dan distribusi pangan di banyak negara berkembang. Oleh karena itu, memberikan pendidikan yang tepat kepada anak perempuan dapat membantu meningkatkan kapasitas mereka untuk mengelola sumber daya pangan dan mengatasi tantangan yang dihadapi oleh perubahan iklim.
Pendidikan perubahan iklim juga dapat membantu anak perempuan memahami pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan mempromosikan praktik-praktik pertanian yang ramah lingkungan. Selain itu, mereka juga dapat mempelajari teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim.
Secara keseluruhan, pendidikan perubahan iklim untuk anak perempuan dapat berkontribusi pada upaya memperkuat ketahanan pangan dan mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim terhadap produksi pangan. Ini juga dapat membantu anak perempuan memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin masa depan dalam upaya mengatasi tantangan perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan pangan global.
Manfaat lainnya dalam upaya memberikan pendidikan perubahan iklim bagi anak perempuan adalah memberikan penguatan bagi kesetaraan gender. Hal ini penting karena anak perempuan merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Anak perempuan sering kali lebih terbatas dalam akses pendidikan dan kurang mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk memahami dan menghadapi perubahan iklim.
