INKLUSI-BaKTI dan LRC Dukung Peningkatan Kapasitas SATGAS PPKS Universitas Gunung Rinjani

Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), tercatat sebanyak 29.883 kasus kekerasan di Indonesia sepanjang tahun 2023. Dominasi kekerasan seksual dengan 13.156 kasus dan temuan 2.681 kasus serupa di perguruan tinggi hingga April 2024 menunjukkan daruratnya situasi kekerasan seksual di Indonesia, termasuk di lingkungan pendidikan.

Sebagai bentuk komitmen mencegah kekerasan dan menciptakan lingkungan kampus aman, Program INKLUSI, Yayasan BaKTI, dan Lombok Research Center (LRC) memberikan penguatan dan pendampingan kepada Satgas PPKS Universitas Gunung Rinjani. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas tim Satgas dalam menangani isu kekerasan, menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP), dan buku pedoman.

Direktur LRC, Suherman, dalam pembukaan kegiatan di Selong, Lombok Timur, Kamis (31/10/2024), menekankan pentingnya peran Satgas PPKS dalam mengatasi kompleksitas kekerasan di perguruan tinggi. Relasi kuasa, eksklusivitas, dan upaya kampus menyembunyikan pelaku seringkali menjadi kendala. “Satgas PPKS harus menjadi garda terdepan melawan segala bentuk kekerasan,” tegasnya.
Rektor dan Pengarah Satgas PPKS UGR, Basri Mulyani, mengapresiasi pembentukan Satgas PPKS UGR dan keberhasilannya menjalankan fungsi sosialisasi. “Kita telah melangkah maju dengan menerbitkan SOP dan buku panduan,” ujarnya.

(Pegang mic) Rini Endang Prasetyowati, Ketua SATGAS PPKS Universitas Gunung Rinjani (UGR) memberikan masukan dalam kegiatan Penguatan dan pendampingan Satgas PPKS UGR yang diselenggarakan oleh Lombok Research Center pada Kamis (31/10/2024) di Selong, Lombok Timur.

Ketua Satgas PPKS UGR, Rini Endang Prasetyowati, berharap SOP dan buku panduan segera terbit untuk memberikan pedoman yang kontekstual, mengingat perbedaan antara perguruan tinggi negeri dan swasta.

Pencegahan kekerasan bukan tanggung jawab satu pihak. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan organisasi keagamaan sangat penting. Satgas PPKS juga dapat menjalin kerja sama dengan Dinas P3AKB, UPTD PPA, kepolisian, rumah sakit, dan NGO.

Kepala Program INKLUSI-LRC, Baiq Titis Yulianty, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam mencegah kekerasan. “Meskipun mencegah kekerasan bukan hal mudah, namun dengan kerja sama yang baik, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman,” tutupnya.
Dengan adanya komitmen bersama dari berbagai pihak, diharapkan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan kampus dapat semakin efektif. Penguatan Satgas PPKS Universitas Gunung Rinjani menjadi langkah awal yang baik. Namun, keberhasilan upaya ini membutuhkan dukungan berkelanjutan dari semua pemangku kepentingan. Melalui kolaborasi yang erat, kita dapat menciptakan lingkungan kampus yang aman, inklusif, dan bebas dari segala bentuk kekerasan.