Mendorong Kemandirian Ekonomi Kelompok Rentan Melalui Penguatan Unit Usaha di Desa

Desa, sebagai unit terkecil dalam struktur pemerintahan, menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar. Kekayaan sumber daya alam dan kearifan lokal menjadi modal penting yang dapat dimaksimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara inklusif. Salah satu strategi pemberdayaan masyarakat yang relevan adalah penguatan unit-unit usaha lokal, terutama yang dikelola oleh kelompok rentan seperti keluarga miskin, perempuan, penyandang disabilitas, dan kelompok marjinal lainnya. Namun, dalam praktiknya, kelompok ini masih mengalami hambatan signifikan dalam mengakses sumber pembiayaan dan dukungan ekonomi yang layak.
 
Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, Lombok Research Center (LRC) melalui dukungan Program INKLUSI-BaKTI menyelenggarakan kegiatan penguatan unit usaha desa yang melibatkan kelompok rentan. Kegiatan ini berlangsung di Aula Lesehan Dua Putra, Selong, Lombok Timur, pada Selasa (29/04/2025), dengan tema “Pembahasan Hasil Pemetaan dan Asesmen Kapasitas dan Potensi Kelompok Rentan serta Sumber Daya Lokal.” Kegiatan ini merupakan lanjutan dari sesi sebelumnya yang digelar pada 22 April 2025 dan dihadiri oleh perwakilan pemerintah desa serta Kelompok Konstituen (KK) dari 11 desa dampingan LRC. Diskusi dipandu oleh Ahyar Rosyidi, fasilitator lokal yang berpengalaman dalam mendampingi kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Peserta penguatan unit usaha desa mempresentasikan hasil asesmen unit usaha yang terdapat di desa masing-masing. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Lombok Research Center (LRC) diikuti oleh perwakilan pemerintah desa dan naggota Kelompok Konstituen (KK) yang terdapat di 11 desa dampingan LRC dalam Program INKLUSI-BaKTI. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Aula Lesehan Dua Putra, Selong, lombok Timur pada hari Selasa (29/04/2025).

Tantangan Modal dan Manajemen Usaha di Akar Rumput
Dalam diskusi kelompok, ditemukan bahwa tantangan utama dalam pengembangan usaha desa adalah keterbatasan akses modal, pemasaran, dan manajemen usaha. Meski berbagai jenis usaha yang dijalankan mampu menyerap tenaga kerja dari kelompok rentan, mereka kerap menghadapi kesulitan memenuhi persyaratan lembaga keuangan formal. Tidak adanya jaminan atau riwayat kredit yang memadai menjadi penghambat utama akses pembiayaan. Di sisi lain, beberapa unit usaha yang sudah lama berjalan pun masih mengalami stagnasi karena manajemen usaha yang bersifat tradisional dan kekeluargaan, tanpa pencatatan keuangan yang baik.
 
Tantangan lainnya terletak pada ketergantungan terhadap bahan baku dari luar desa, yang membuat proses produksi tidak stabil. Hal ini disampaikan langsung oleh beberapa pelaku usaha yang merasa pasokan bahan baku seringkali menjadi kendala dalam memenuhi permintaan pasar. Kegiatan ini menjadi ruang refleksi bersama untuk menggali akar persoalan dan mencari strategi pemberdayaan yang lebih kontekstual, khususnya dalam memperkuat kapasitas internal kelompok rentan dalam mengelola usahanya secara mandiri dan berkelanjutan.

Suasana diskusi kelompok pada masing-masing desa berjalan santai tapi serius dalam upaya mengidentifikasikan peluang usaha di desa.

Menemukan Harapan di Tengah Keterbatasan
Kegiatan penguatan unit usaha desa yang difasilitasi LRC berhasil memetakan berbagai potensi ekonomi lokal yang tersebar di 11 desa dampingan. Beberapa unit usaha bahkan menunjukkan peran strategis dalam pembangunan desa serta peningkatan kesejahteraan anggotanya. Sinergi dan solidaritas antar pelaku usaha menjadi kekuatan kolektif dalam menciptakan ekonomi desa yang inklusif. Selain itu, pendekatan awal melalui pemetaan potensi dan kebutuhan usaha memberikan jalan bagi kelompok rentan untuk lebih percaya diri dan aktif dalam aktivitas ekonomi desa.
 
Kabupaten Lombok Timur sebagai daerah agraris menyimpan sumber daya lokal yang sangat potensial untuk mendukung keberlangsungan unit usaha masyarakat. Diharapkan, setelah kegiatan ini, para peserta mampu mengembangkan usaha berbasis potensi lokal dengan manajemen yang lebih baik. Dengan kolaborasi yang kuat antara kelompok rentan, pemerintah desa, dan lembaga pendukung, kemandirian ekonomi bukan lagi sekadar harapan, melainkan sebuah langkah nyata menuju desa yang lebih berdaya dan inklusif.