Sejak berdiri tahun 2009, telah banyak dinamika perubahan yang terjadi di lembaga Lombok Research Center (LRC), baik yang dipengaruhi dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Mimpi besar LRC untuk mewujudkan produk kebijakan harus dihasilkan dari basis data atau bukti yang kuat sejalan dengan pendirinya, yaitu Maharani dan Baiq Titis Yulianty. Dua sosok visioner inilah yang terus mengawal perjalanan LRC agar tetap berada di jalur visi dan misi yang ingin diwujudkan.
Pendirian Lombok Research Center (LRC) juga diikhtiarkan untuk menjadi wadah bagi para peneliti muda dalam melakukan berbagai riset terapan dan melakukan berbagai kajian-kajian terkait dengan isu-isu yang dirasakan langsung oleh masyarakat serta menyuarakan solusi bagi berbagai permasalahan-permasalahan masyarakat. Saat ini di bawah kepemimpinan Suherman sebagai direktur, LRC terus menjaga api semangat dari para pendirinya dan terus bertekad untuk menjadikan pengetahuan sebagai pilar pembangunan.
Pada awal-awal perjalanannya, LRC fokus pada berbagai riset terapan, berbagai pengetahuan, dan advokasi lokal. Lombok Research Center (LRC) bekerja dengan tekun untuk mendokumentasikan berbagai tantangan di tengah kehidupan masyarakat seperti, kemiskinan, pertanian, permasalahan eksploitasi anak, ketimpangan akses pendidikan, dan berbagai isu-isu lainnya. Namun, dalam perjalanan suatu lembaga yang mengarah pada kebaikan, pastinya akan tetap menghadapi beragam tantangan seperti, bagaimana menjadikan hasil riset dan kajian yang dilakukan oleh LRC bukan hanya sekedar di atas kertas saja, tetapi memberikan dampak perubahan yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat dan tentunya menjadi suatu basis kebijakan bagi para pengambil keputusan.
Bersama INKLUSI, Menyemai Harapan untuk Perubahan
Babak baru yang mewarnai perjalanan Lombok Research Center (LRC) adalah ketika pada tahun 2022 yang lalu, LRC menjadi mitra Yayasan BaKTI dalam melaksanakan Program INKLUSI di Kabupaten Lombok Timur. Program INKLUSI, sebuah inisiatif kemitraan Australia-Indonesia untuk mendorong masyarakat yang inklusif. Program ini menjadi angin segar bagi LRC, membawa mereka ke panggung yang lebih luas dengan misi menghapus kekerasan dan diskriminasi terhadap kelompok rentan, termasuk perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas. Dalam kemitraan ini, LRC tidak hanya mendapatkan dukungan pendanaan, tetapi juga mendapatkan pemguatan kapasitas, baik secara kelembagaan maupun individu yang telah mempengaruhi cara atai sistem kerja di lembaga.
Layaknya tanaman yang mendapat siraman, Lombok Research Center (LRC) terus bertumbuh dan berkembang. Lembaga ini dilibatkan dalam berbagai peningkatan kapasitas dan pelatihan seperti Bengkel Komunikasi pada Mei 2023, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tim dalam mengelola media komunikasi dan memperluas jangkauan pesan inklusivitas. Pelatihan yang diberikan oleh Yayasan BaKTI melalui dukungan INKLUSI telah membuka mata LRC tentang pentingnya komunikasi strategis dalam menyuarakan isu-isu inklusivitas. Selain itu, LRC juga mendapatkan mentoring dan bantuan teknis untuk merancang kebijakan inklusif, memperkuat kemampuan LRC dalam melakukan advokasi kepada pemerintah daerah dan DPRD.
Buah Perubahan: Kebijakan Inklusif dan Dampak Nyata
Kerja keras Lombok Research Center (LRC) dengan kekompakan serta kesolidan tim di dalamnya mulai berbuah manis dalam mencapai tujuan-tujuan Program INKLUSI dalam upaya mewujudkan pembangunan yang inklusif, terutama di Kabupaten Lombok Timur. Salah satu pencapaian yang menjadi luar biasa adalah ketika LRC melalui Program INKLUSI berhasil menginisiasi kebijakan inklusif, yaitu Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lombok Timur Nomor 5 Tahun 2023 tentang Penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan Hak Disabilitas, Perempuan, dan Anak di Kabupaten Lombok Timur, yang disahkan pada Desember 2023.
Diterbitkannya kebijakan regulasi daerah ini menjadi salah satu bukti dari kerja advokasi LRC untuk mendorong kebijakan yang berpihak pada kelompok rentan di Kabupaten Lombok Timur. H. Muhammad Juani Taopik, Penjabat Bupati Lombok Timur kala itu, menegaskan bahwa Perda tersebut merupakan langkah maju Lombok Timur untuk menuju Kabupaten Inklusif dengan nol kekerasan dan pemberdayaan disabilitas.
Selain dengan pemerintah daerah sebagai stakeholder kunci dalam mencapai tujuan Program INKLUSI, LRC juga membangun kemitraan dengan kelompok di tingkat komunitas melalui keberadaan Kelompok Konstituen (KK). Kepengurusan dan keanggotaan dari KK melibatkan berbagai stakeholder pembangunan di desa seperti, perangkat desa, kader, perempuan, pemuda, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya.
Melalui kelompok di tingkat komunitas ini, LRC memberikan penguatan dalam upaya masyarakat mampu untuk mengadvokasi hak mereka sendiri, memastikan suara mereka didengar dalam pengambilan kebijakan. Selain itu, di dalam kepengurusan KK ini juga terdapat Layanan Berbasis Komunitas (LBK) yang berfungsi untuk memberikan pelayanan dan pendampingan dalam berbagai kasus kekekerasan dan perlindungan sosial. Hampir semua dari 15 desa dampingan LRC dalam Program INKLUSI setidaknya telah memenuhi lima dari sembilan indikator desa inklusif, termasuk di dalamnya adalam pembentukan peraturand desa yang mendukung pembangunan inklusif.
Menatap Masa Depan: LRC sebagai Pelopor Inklusivitas
Kehadiran serta keterlibatan Lombok Research Center (LRC) dalam Program INKLUSI tidak hanya berdampak pada sistem dan mekanisme kerja dan berkegiatan namun, dampak dari perubahan tersebut semakin luas jangkauannya. Dari sebuah lembaga non-profit yang tidak terlalu diperhitungkan, Lombok Research Center (LRC) sekarang menjadi lembaga pelopor pembangunan inklusif di Lombok Timur dengan tidak meninggalkan “roh pendiriannya”, yaitu mendorong kebijakan berbasis pengetahuan.
Kolaborasi yang terbangun dengan berbagai mitra seperti, Yayasan BaKTI, pemerintah daerah, dan berbagai perguruan tinggi semakin membuka peluang-peluang baru dalam mewujudkan visi organisasi. Salah satu peluang baru yang memberikan dampak bagi upaya mewujudkan pembangunan inklusif di Lombok Timur adalah, Program KKN Kolaborasi 3T Mandalika pada Januari 2025, yang melibatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Pulau Jawa seperti, Universitas Jember (UNEJ), TELKOM University, STIA “Pembangunan” Jember, dan UNIKHAMS Jember. Kolaborasi yang terbangun dalam Program KKN 3T Mandalika ini juga merupakan dukungan INKLUSI dimana, program KKN 3T Mandalika telah memperkuat pembangunan inklusif di desa dampingan LRC dalam Program INKLUSI seperti, digitalisasi UMKM dari kelompok rentan, penguatan manajemen BUMDes, dan Pangkalan Data untuk Desa Inklusif.
Lombok Research Center (LRC) saat ini terus menapaki jalan untuk menuju visi besarnya, yaitu kebijakan berbasis pengetahuan yang tidak meninggalkan siapapun. Dengan penguatan kapasitas dari INKLUSI, LRC kini lebih percaya diri untuk mengadvokasi kebijakan yang responsif gender dan inklusif, memperjuangkan hak-hak kelompok marginal, dan membangun masyarakat yang adil. Perjalanan mereka adalah bukti bahwa, dengan kolaborasi dan semangat, perubahan nyata bukanlah mimpi, melainkan kenyataan yang bisa diukir bersama.
Catatan Penutup
Kisah Lombok Research Center (LRC) adalah cerminan bagaimana sebuah lembaga kecil dengan visi besar bisa mengubah wajah masyarakat. Melalui Program INKLUSI dan kemitraan dengan Yayasan BaKTI, LRC tidak hanya tumbuh sebagai organisasi, tetapi juga menanam benih harapan bagi ribuan perempuan, anak, dan penyandang disabilitas di Lombok Timur. Perjalanan mereka masih panjang, namun setiap langkah adalah bukti bahwa inklusivitas adalah kunci menuju masa depan yang lebih baik.
*Penulis : Suherman
