Upaya memperkuat kemandirian petani hortikultura terus dilakukan. Sabtu (20/9/2025), Lombok Research Center berkolaborasi dengan startup Aquabloom melalui Program BISA (Blue Innovative Startup Acceleration) menggelar pelatihan bagi puluhan petani konvensional di Desa Kertasari, Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur.
Sedikitnya 25 petani hadir dan mengikuti rangkaian pelatihan yang fokus pada pemanfaatan biostimulan berbahan dasar rumput laut Sargassum. Produk tersebut dikembangkan Aquabloom dengan bahan baku rumput laut hasil panen masyarakat pesisir Kertasari, lalu diolah menjadi pupuk organik cair yang ramah lingkungan.
Pelatihan berlangsung interaktif. Para petani berdiskusi tentang masalah klasik yang kerap mereka hadapi, mulai dari serangan hama hingga penyakit tanaman. Suasana semakin hidup ketika mereka diajak memahami bagaimana biostimulan dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, sekaligus menjaga kualitas tanaman hortikultura agar lebih sehat dan produktif.
“Tujuan besar kita adalah melahirkan petani mandiri, yang tidak hanya mampu mengelola lahannya sendiri, tetapi juga beradaptasi dengan perubahan iklim dan melakukan inovasi tanpa merusak lingkungan,” ujar Dr. Maharani, fasilitator pelatihan yang juga pakar pertanian.
Ia menekankan pentingnya pengetahuan dan teknologi tepat guna bagi petani. “Ke depan, kita tidak hanya memberikan teori, tetapi juga praktik lapangan untuk mengidentifikasi permasalahan tanaman langsung di lahan,” tambahnya.
Isu kemandirian petani ini, lanjut Dr. Maharani, selaras dengan tantangan global. Di tengah gejolak ekonomi dan perubahan iklim, ketahanan pangan menjadi prioritas nasional. “Petani mandiri bukan hanya memenuhi kebutuhan pangan lokal, tapi juga penggerak ekonomi daerah,” jelasnya.
Para peserta pun mengaku mendapat manfaat nyata dari pelatihan ini. Zainul Muttaqin, salah satu petani, menyebut materi yang diberikan sangat sederhana dan mudah dipraktikkan. “Kami diajarkan memanfaatkan sumber daya lokal seperti kotoran ternak, dedaunan, hingga limbah rumah tangga untuk produksi pupuk organik. Ini membantu mengurangi biaya produksi,” ujarnya.
Sebagai bentuk tindak lanjut, setiap petani peserta pelatihan dibekali 200 ml biostimulan rumput laut untuk diaplikasikan di lahan mereka masing-masing. Dengan itu, diharapkan mereka bisa langsung melihat hasil nyata dari inovasi berbasis potensi laut tersebut.
Dari laut ke lahan, program ini bukan hanya sekadar pelatihan, tetapi juga jembatan pemanfaatan potensi pesisir untuk memperkuat sektor pertanian.

