Inovasi dari Desa Kertasari: Sargassum, Perempuan, dan Masa Depan Pertanian Berkelanjutan

Pagi itu, udara di Desa Kertasari, Lombok Timur, terasa segar dengan aroma laut yang terbawa angin. Di antara hamparan kebun cabai yang menghijau, sekelompok perempuan tampak bersemangat mengikuti pelatihan yang tak biasa. Mereka bukan hanya belajar cara menanam, tetapi juga cara mengubah rumput laut menjadi kekuatan baru bagi pertanian.
 
Di bawah bimbingan Lombok Research Center (LRC) dan startup inovatif asal Jakarta, Aquabloom, para petani perempuan ini menjadi bagian dari program BISA – “Mengubah Sargassum Menjadi Biostimulan Pertanian di Desa Kertasari”. Sebuah inisiatif yang sederhana namun visioner: memanfaatkan potensi lokal, Sargassum, rumput laut cokelat yang selama ini terbuang begitu saja di pesisir, untuk dijadikan biostimulan alami penunjang produktivitas pertanian.
 
Pelatihan yang Menyemai Harapan
Pada Rabu, 8 Oktober 2025, sebanyak 25 petani perempuan mengikuti pelatihan intensif mengenai teknik penggunaan biostimulan berbahan dasar rumput laut dan perawatan tanaman hortikultura. Bagi mereka, pelatihan ini bukan sekadar belajar teknik baru, tetapi juga kesempatan untuk membuka akses terhadap pengetahuan pertanian modern yang selama ini jarang mereka dapatkan.
 
“Selama ini kami ikut bertani, tapi jarang dilibatkan dalam pelatihan. Sekarang kami bisa belajar langsung dan mencoba teknologi baru,” ujar Lili Hairi, salah satu peserta pelatihan dengan mata berbinar.
 
LRC dan Aquabloom menargetkan 100 petani di Kertasari akan menguji penggunaan biostimulan jenis Aquastrong di lahan cabai seluas lebih dari 2 hektar. Diharapkan hasil panen bisa meningkat hingga 20–30 persen dari rata-rata 4–5 ton per hektar yang biasa dihasilkan petani setempat.
 
Perempuan di Garis Depan Ketahanan Pangan
Menurut Dr. Maharani, peneliti LRC sekaligus narasumber pelatihan, keterlibatan perempuan dalam program ini sangat strategis.
 
“Perempuan punya peran penting dalam setiap tahap produksi pangan—dari menanam, merawat, sampai memanen. Tapi sering kali mereka tidak punya akses ke pelatihan dan teknologi. Padahal, jika kapasitas mereka meningkat, ketahanan pangan kita juga meningkat,” jelasnya.
 
Pendekatan yang berpusat pada perempuan ini bukan tanpa alasan. Di banyak desa, kelompok perempuan menjadi tulang punggung pertanian, namun jarang mendapat ruang pengembangan kapasitas. Program BISA hadir untuk mengubah kesenjangan itu menjadi peluang.
 

Dr. Maharani dari LRC memberikan pelatihan kepada petani perempuan di Desa Kertasari, Lombok Timur (8/10/2025) tentang pemanfaatan Sargassum sebagai biostimulan alami untuk mendukung pertanian berkelanjutan.

Dari Laut ke Lahan: Inovasi yang Menghidupkan Desa
Produk Aquastrong yang diujikan dalam program ini bukan sekadar pupuk alami. Biostimulan ini membantu tanaman lebih tahan terhadap penyakit, meningkatkan kesuburan tanah, dan menambah hasil panen tanpa merusak ekosistem.
Dengan memanfaatkan sumber daya lokal seperti Sargassum, petani juga didorong untuk mandiri dan efisien dalam pembiayaan pertanian.
 
“Kalau kita bisa mengolah bahan di sekitar menjadi pupuk organik atau obat tanaman, biaya produksi bisa turun. Petani jadi tidak bergantung pada produk dari luar,” tutur Sunardi, Sekretaris Desa Kertasari.
 
Langkah Kecil Menuju Perubahan Besar
Bagi LRC, program ini bukan hanya tentang hasil panen yang meningkat, tetapi tentang perubahan pola pikir dan cara bertani. Melalui pertanian regeneratif, mereka ingin menunjukkan bahwa keberlanjutan bisa dimulai dari desa, dari hal sederhana seperti mengolah rumput laut yang terdampar di pantai menjadi sumber kehidupan baru.
 
Pelatihan ini juga menegaskan bahwa ketika perempuan diberi kesempatan untuk belajar dan memimpin, pertanian menjadi lebih kuat, komunitas lebih tangguh, dan lingkungan lebih lestari.
 
Di Kertasari, setiap butir cabai yang tumbuh kini membawa harapan baru—bahwa pertanian masa depan bisa tumbuh dari laut, dari perempuan, dan dari desa kecil yang berani berinovasi.