Pemerintah Kabupaten Lombok Timur bersama Lombok Research Center (LRC) dan Aqua Bloom resmi meluncurkan Program Blue Innovative Startup Acceleration (BISA), Selasa (26/8/2025), di Aula Kantor Desa Kertasari, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur. Program BISA diinisiasi oleh Lombok Research Center (LRC) bersama Aqua Bloom, sebuah startup inovasi kelautan, untuk mendorong lahirnya usaha rintisan berbasis kelautan yang kreatif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Acara kick off dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, di antaranya Bappeda NTB, Bappeda Lombok Timur, Dinas Perikanan dan Kelautan Lombok Timur, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Lombok Timur, Dinas Koperasi dan UMKM Lombok Timur, Camat Labuhan Haji, UPT Penyuluh Pertanian Kecamatan Labuhan Haji, Pemerintah Desa Kertasari, pengurus BUMDes, nelayan, petani, serta.
Direktur LRC, Suherman, menegaskan bahwa kehadiran Program BISA adalah wujud komitmen lembaganya dalam mendukung pembangunan daerah melalui kolaborasi yang menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan. “Kami berharap program ini mampu melahirkan startup di Lombok Timur, terutama yang memanfaatkan potensi laut sebagai upaya pemerataan pembangunan ekonomi yang tetap menjaga lingkungan,” ujarnya.
Program BISA mengambil langkah awal dengan memanfaatkan sargassum, jenis rumput laut cokelat yang selama ini dianggap limbah. Melalui inovasi yang dikembangkan Aqua Bloom, sargassum dapat diolah menjadi biostimulan untuk menyuburkan pertumbuhan tanaman di darat. CEO dan Founder Aqua Bloom, Michelle Arsjad, dalam presentasinya memperlihatkan berbagai produk hasil olahan sargassum dalam bentuk biostimulan yang disambut antusias para peserta.
Michelle Arsjad menjelaskan, “Biostimulan dari sargassum mampu menjadi solusi nyata bagi petani. Dari laut kita memperoleh bahan yang membuat pertanian di darat lebih produktif. Inilah sinergi darat dan laut yang ingin kami wujudkan.” Ujarnya.
Pemerintah daerah menyatakan dukungan penuh terhadap program ini. Lalu Ridho Arindi, Plt. Kabid Litbang Bappeda Lombok Timur, mengatakan bahwa pemerintah akan mengawal inovasi yang berdampak positif bagi masyarakat. “Kami berharap implementasi program ini dapat diperluas ke wilayah pesisir lainnya sehingga tercipta pemerataan pembangunan berbasis inovasi dan kelestarian lingkungan,” ujarnya.
Dukungan serupa datang dari Pemerintah Provinsi NTB melalui Maulida Illiyani, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Bappeda NTB yang mewakili Kepala Bappeda NTB pada acara tersebut. Ia menegaskan bahwa Program BISA sejalan dengan program unggulan Desa Berdaya. “Kami berharap program ini bisa direplikasi oleh desa-desa lain di NTB, sehingga desa lebih mandiri, masyarakat sejahtera, dan kualitas lingkungan tetap terjaga,” katanya.

Bagaimana Program Ini Akan Berjalan?
Setelah kick off, Program BISA akan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan, antara lain: Pelatihan dan pendampingan bagi anak muda Lombok Timur untuk mengembangkan ide bisnis berbasis kelautan, Inkubasi startup dengan memberikan akses ke mentor, riset, dan teknologi, Pengembangan pasar dengan menggandeng koperasi, UMKM, hingga mitra swasta, dan Edukasi lingkungan untuk memastikan inovasi yang dihasilkan tetap selaras dengan prinsip kelestarian alam.
Dengan cara ini, Program BISA diharapkan melahirkan generasi muda inovator biru yang kreatif, berani, dan peduli lingkungan. Bagi nelayan dan petani, hadirnya Program BISA membawa harapan baru. Nelayan tidak lagi melihat sargassum sebagai masalah, melainkan sebagai sumber pendapatan tambahan. Petani pun bisa merasakan manfaat langsung melalui peningkatan produktivitas tanaman dengan biaya pupuk yang lebih efisien.
Seorang pengurus BUMDes Kertasari yang hadir dalam acara mengungkapkan, “Selama ini kami bingung harus bagaimana dengan sargassum yang menumpuk. Sekarang kami tahu, ternyata bisa diolah jadi produk bermanfaat. Ini peluang besar untuk desa kami.”
Sebagai bentuk komitmen bersama, di akhir acara dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) terkait implementasi Program BISA di Desa Kertasari. MoU ditandatangani oleh Kepala Desa Kertasari Suhaidi, Direktur LRC Suherman, dan CEO Aqua Bloom Michelle Arsjad.
Kesepakatan ini menjadi landasan resmi untuk melanjutkan program secara berkelanjutan di tingkat desa, dengan harapan Desa Kertasari menjadi model percontohan bagi desa-desa pesisir lainnya di Lombok Timur maupun NTB.
Kick off Program BISA di Desa Kertasari menandai awal perjalanan panjang Lombok Timur menuju ekosistem inovasi biru. Tantangan tentu akan muncul, mulai dari keterbatasan teknologi, pendanaan, hingga akses pasar. Namun dengan kolaborasi semua pihak, optimisme tumbuh bahwa Lombok Timur bisa menjadi pionir pengembangan ekonomi biru di NTB.
Program BISA adalah contoh nyata bahwa pembangunan ekonomi tidak harus merusak lingkungan. Dari sargassum yang dulunya dianggap limbah, kini lahir peluang emas bagi nelayan, petani, dan generasi muda Lombok Timur. Dengan kolaborasi, inovasi, dukungan penuh pemerintah, dan komitmen bersama yang terjalin melalui MoU, Program BISA di Desa Kertasari bukan sekadar program, melainkan sebuah gerakan menuju Lombok Timur yang lebih mandiri, sejahtera, dan lestari.

