Pemberdayaan ekonomi melalui pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu kunci dalam upaya meningkatkan kemandirian, rasa percaya diri, keterampilan, serta jejaring sosial yang mendukung keberlanjutan hidup masyarakat, terutama bagi kelompok rentan.
Atas dasar hal tersebut maka, Lombok Research Center (LRC) melalui dukungan Program INKLUSI-BaKTI terus berusaha untuk mendorong terwujudnya pembangunan inklusif, salah satunya melalui Penguatan Kapasitas Pengelola Usaha dalam Pengelolaan Produksi, Pemasaran, Legalitas, dan Akses Permodalan yang diberikan kepada pelaku usaha mikro dan kecil di 11 desa dampingan LRC. Kegiatan yang dilaksanakan pada 27-28 Mei 2025 di Aula Lesehan Rasbani 2 Selong, Lombok Timur tersebut menghadirkan 22 orang peserta, terdiri dari unit usaha yang ada di desa dan anggota Kelompok Konstituen (KK) yang memiliki usaha.
Acara penguatan kapasitas terhadap pelaku usaha di desa dampingan LRC ini merupakan tindak lanjut dari hasil asessmen yang telah dilakukan sebelumnya. Dimana, dalam kegiatan asesmen yang telah dilakukan di akhir bulan April 2025 berhasil mengidentifikasi 13 jenis usaha, diantaranya adalah jasa, olahan makanan, dan konveksi. Namun, dalam asesmen tersebut juga teridentifikasi berbagai permasalahan dan tantangan bagi pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya, seperti jaminan pengendalian mutu produk, pemasaran, kemasan, dan akses permodalan usaha.
Lombok Research Center (LRC) melalui dukungan Program INKLUSI-BaKTI menghadirkan narasumber dari berbagai stakeholder dalam menjawab berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh pelaku usaha. Pada hari pertama, hadir sebagai narasumber adalah Muhammad Buhari dan Nurul Sa’adah dari Dinas Perindustrian Kabupaten Lombok Timur dan Rodimin, seorang aktivis media sosial atau konten kreator bisnis digital. Kemudian di hari kedua hadir sebagai narasumber adalah Ahmad Dailami dari bagian bisnis mikro BRI cabang Selong dan Sukardiawan, ST., MT. Dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Kabupaten Lombok Timur.

Komitmen LRC dalam Mendorong Pemberdayaan Ekonomi Kelompok Rentan
Lombok Research Center (LRC) melalui dukungan Program INKLUSI-BaKTI terus berkomitmen didalam mendukung pembangunan inklusif, terutama dalam pemberdayaan ekonomi bagi kelompok rentan. Kegiatan Penguatan Kapasitas Pengelola Usaha dalam Pengelolaan Produksi, Pemasaran, Legalitas, dan Akses Permodalan bagi pelaku UMKM di wilayah dampingan LRC ini merupakan lanjutan dari kegiatan serupa yang telah menyasar empat desa dampingan sebelumnya.
“Program pemberdayaan ekonomi bagi kelompok rentan melalui pengembangan usaha menjadi salah satu kunci dalam meningkatkan kemandirian, rasa percaya diri, keterampilan, serta jejaring sosial dalam mendukung keberlanjutan hidup bagi masyarakat rentan”, Suherman direktur LRC dalam sambutan pengantarnya.
Harapannya dari kegiatan ini, para pelaku usaha yang ada di wilayah dampingan LRC mampu untuk mengelola usaha secara lebih profesional, menghasilkan produk yang berkualitas, dan memperluas akses pasar dan permodalan, sambung direktur LRC.
Pengendalian kualitas produk merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat. Bagi UMKM, menjaga kualitas produk bukan hanya sekedar menjamin kepuasan pelanggan, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar mereka.
Meskipun penting, pengendalian kualitas bukanlah hal yang mudah bagi UMKM. Beberapa tantangan yang sering dihadapi. Antara lain adalah keterbatasan sumber daya, kurangnya akses terhadap teknologi, serta kesulitan dalam memenuhi standar yang semakin ketat. Namun demikian, dengan komitmen yang kuat dan pendekatan yang terstruktur, UMKM dapat mengatasi tantangan ini dan membangun reputasi sebagai produsen yang handal dan berkualitas. Para pelaku UMKM sering kali menghadapi kesulitan dalam melakukan quality control karena kurangnya wawasan. Proses quality control menjadi tidak konsisten dan sulit untuk mempertahankan kualitas produk.
“Pengendalian kualitas atau quality control tidak hanya mencakup proses produksi, tetapi juga meliputi seluruh tahapan mulai dari perencanaan hingga pengiriman produk kepada konsumen”, Muhammad Buhari, narasumber yang berasal dari Dinas Perindustrian Kabupaten Lombok Timur.
Narasumber lainnya yang juga berasal dari Dinas Perindustrian Kabupaten Lombok Timur, Nurul Sa’adah menyampaikan materi terkait dengan pengemasan pada produk olahan pangan yang sebagian besar masih menjadi tren bagi pelaku UMK di Lombok Timur. Nurul Sa’adah memberikan pengetahuan bagi peserta terkait dengan fungsi kemasan sebagai bahan pelindung untuk mencegah kerusakan bagi produk serta sebagai bahan promosi atau identitas dari produk yang dimiliki oleh para pelaku usaha.
“Berdasarkan seberapa sering kemasan itu juga penting bagi pelaku UMK perhatikan dimana, terdapat tiga jenis kemasan yang biasanya dipergunakan, seperti disposable atau sekali pakai, multitrip (kemasan ulang), dan semi multitrip”, ujar Nurul Sa’adah memberikan penjelasan terkait jenis kemasan.
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Lombok Timur menyebut jumlah pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) saat ini lebih dari 73 ribu. Hal ini tentunya menjadikan sektor UMKM menjadi salah satu penggerak perekonomian di daerah. Namun, produk UMKM di Lombok Timur dapat dikatakan masih “jago kandang” yang disebabkan oleh kurangnya literasi digital dalam pemasaran berbasis online.
“Agar produk yang dijual oleh pelaku UMK dapat dikenal secara online atau digital maka, penting bagi pelaku usaha untuk melakukan riset kebutuhan pelanggan”, ujar Rodimin, seorang konten kreator yang menjadi narasumber terkait dengan digital marketing UMKM. Selain itu, untuk bersaing di pasar online, pelaku UMKM perlu melakukan inovasi pada produk dan kemasan. Selanjutnya konten produk harus menarik perhatian dan ini harus didukung melalui optimalisasi SEO. Terakhir lakukan analisa dan evaluasi dari aktivitas penjualan yang dilakukan secara online, sambungnya.
Selanjutnya : Penguatan UMKM sebagai Pilar Pembangunan Inklusif di Lombok Timur (II)